RESENSI BUKU
Judul
buku : 3 ANAK BADUNG
Penulis
: Boim Lebon
ISBN
: 978 – 602 – 8277 - 82 – 2
Penerbit
: INDIVA Media Kreasi
Tebal
: 192 halaman
Ukuran
: 19 cm
Harga
buku : Rp 25.000
Cover
Buku :
Pokok-pokok isi buku
Novel
“3 anak badung” merupakan novel yang bertemakan humor, akan tetapi banyak
hikmah yang bisa diambil dari kisah “3 anak badung” ini. Anak yang
ditelantarkan oleh ibu kandung mereka. Sang ibu tidak bisa membiyai hidup ke 3
anaknya, yang masing-masing diberi nama Mola yang memiliki karakteristik pelupa
berat dan telmi (telat mikir), Rama anak
yang cerdas dan bijak dibanding dengan kakak dan adiknya, dan Reh yang hobi
sekali dengan tidur ini, karena sulitnya perekonomian di keluarga mereka. Di
tambah suami yang tidak pernah pulang sampai 3 kali lebaran. Sehingga terpaksa
sang ibu bekerja banting tulang untuk biaya kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,
suatu hari sang ibu yang mempunyai nama lengkap Bunga Cinta Lebay dan biasa di
panggil Mpok Bung (karena dia tinggal di daerah Jakarta, sehingga di panggil
Mpok) oleh tetangga-tetangganya ini, sudah tidak sanggup untuk membiayai
kehidupan dari 3 anaknya tersebut. Ia kesal dengan sikap suaminya yang tidak
punya tanggung jawab, setelah mempunyai 3 anak. Walaupun sebenarnya, Mpok Bung
masih sangat mencintai suaminya, dan berharap suaminya kembali kerumah mereka.
Suatu
hari Mpok Bung sudah bertekad bulat untuk membuang ke 3 anaknya. Akhirnya Mpok
Bung membawa mereka ke stasiun kereta api, karena Mpok Bung berniat untuk
membuang mereka ke Yogyakarta. Walaupun sebenarnya sang ibu, Mpok Bung tidak
tega melihat ke 3 anaknya yang masih sangat kecil-kecil ini, ia buang ke tempat
yang sangat jauh. Rama, anak ke dua dari 3 bersaudara tersebut sempat bertanya
kepada ibunya, mengapa ia mengajak mereka ke stasiun, karena jarang-jarang mereka
diajak jalan-jalan oleh ibu nya ke
stasiun. Sang ibu hanya menjawab untuk mencari sang ayah, yang sebenarnya tidak
tahu keberadaannya dimana sampai saat ini. Setelah menunggu beberapa jam,
akhirnya kereta api jurusan Yogyakarta pun tiba. Mpok Bung mangantarkan ke 3
anaknya masuk ke dalam kereta tersebut. Dengan perlahan-lahan, Mpok Bung pergi
meninggalkan mereka di dalam kereta api jurusan Yogyakarta. Sempat Mpok Bung
menyesal dengan perbuatannya itu. Tetapi, Mpok Bung yakin, bahwa suatu saat
nanti dia akan bertemu dengan ke 3 anak lelakinya kembali, tapi entah kapan
pertemuan itu akan terjadi. Didalam kereta, 3 bersaudara tersebut mengamen,
supaya tidak dicurigai oleh petugas, karena sebenarnya mereka tidak membeli
tiket untuk menaiki kereta api tersebut. Dan mereka juga tidak tahu bahwa, sang
ibu telah pergi meninggalkan mereka di kereta api itu, dan niat jahat sang ibu
yang sebenarnya membuang mereka karena sakit hati nya kepada sang ayah dan
kurangnya eknomi untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari.
Sepuluh
tahun berlalu mereka hidup sebagai anak jalanan, 3 bersaudara Mola, Rama dan
Reh hidup luntang-lantung di kota rantauan. Tetapi mereka tetap semangat untuk
mencari ibu kandung mereka. Di Kota gudeg ini, ke 3 anak tersebut diasuh oleh
Mas Kelik yang asli orang Yogya. Dari awal mereka sampai di kota ini, hanya Mas
Kelik lah yang mau menolong mereka. Mulai dari fasilitas untuk tinggal, makan
dan mandi. Akan tetapi mereka juga punya kesadaran diri, bahwa mereka tidak
boleh bergantung dan tidak boleh menyusahkan orang lain. Maka dari itu, mereka
bekerja sebagai pengamen. Penghasilan dari mengamen lumayan cukup banyak,
bermodalkan suara yang bagus dan perawakan mereka yang sebenarnya tidak pantas
menjadi anak jalanan, banyak sekali yang tertarik kepada mereka karena mereka
ganteng-ganteng. Setelah penghasilan mereka mencukupi, mereka niat untuk
kembali ke jakarta mencari sang ibu kandung yang sudah membuang mereka ber 3.
Walaupun ibu kandung mereka seperti itu, tapi mereka sebenarnya merindukan
kasih sayang seorang ibu, terutama Rama, anak yang cerdas dan lebih bijak
dibanding dengan kakak dan adiknya. Lalu berpisahlah mereka dengan Mas Kelik
dan istrinya. Lalu, dengan tekad yang bulat, pergilah mereka ke Jakarta untuk
menemui sang ibu.
Ketika
tiba di Jakarta, 3 kakak beradik tersebut sempat bingung, karena mereka sudah
lama sekali tidak tinggal di kota kelahirannya ini. Bingung harus mau cari
kemana, hanya bermodalkan poto 2x3 sang ibu dan nama tempat tinggalnya dahulu.
Menanyakan kepada orang-orang disekitar, tetapi mereka belum saja mengenali
sosok sang ibu dari poto yang telah di photo copy oleh mereka. Sempat mereka
berpisah, Rama dengan Mola tetap bersama sedangkan Reh tidak bersama dengan
kakak-kakanya. Karena, sesampainya mereka di Jakarta, Reh sempat mengeluh
kepada kakaknya kalau dia ingin menyempatkan untuk tidur terlebih dahulu
sebelum mencari sang ibu. Rama tidak sabar ingin segera mencari sang ibu,
sehingga Reh di tinggal sendiri. Dan akhirnya mereka berpisah. Akhirrnya Rama
dan Mola pergi menyusuri Jakarta. Setelah beberapa lama mereka berniat untuk
istirahat sejenak. Pada saat istirahat mereka bertemu dengan seseorang yang
sebelumnya pernah mereka temui, Bang Shofwan. Akhirnya mereka bercerita kepada
Bang Shofwan niatan mereka ke Jakarta tersebut. Dan dengan baik hatinya, Bang
Shofwan mengizinkan mereka untuk tinggal beberapa hari di ruangan yang ada di
masjid.
Reh
yang masih tertidur pulas, tidak sengaja ditemukan oleh 2 orang penjahat yang terkenal
di sekitar daerah tersebut sekaligus pengedar shabu-shabu. Akhirnya, Reh di
bawa oleh ke 2 orang penjahat itu. Reh yang sensitive ketika tempat tidurnya
tidak nyaman, ia langsung terbangun dari tidurnya. Dan terkejutlah Reh, melihat
sosok 2 orang yang sama sekali tidak ia kenal. Akan tetapi strategi 2 orang
penjahat tersebut sangat halus. Membuat Reh menjadi betah dengan mereka ber 2,
dengan memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan oleh Reh. Alhasil, Reh yang
masih polos, tidak sedikit mencurigai niatan busuk ke 2 orang penjahat itu.
Lalu, Reh di ajak jalan-jalan. Dan diajakalah Reh oleh salah satu penjahat
tersebut untuk makan di sebuah restoran di Jakarta. Ketika Reh sedang makan
dengan penjahat tersebut, tidak di sangka-sangka Reh bertemu dengan kedua
kakaknya yang sedang mengamen di restoran itu. Setelah beberapa hari Mola dan
Rama mencari Reh, akhirnya mereka dipertemukan di sebuah restoran. Rama sudah
curiga dan mencium sebuah kejanggalan dari si penjahat tersebut. Dan akhirnya
Reh pun kabur bersama kakak-kakanya, setelah sebelumnya Reh sempat adu mulut
dengan penjahat itu karena, Reh ingin kembali dengan kaka-kakaknya, tetapi
penjahat tersebut tidak mengizinkan sebelum Reh ikut dengannya untuk
mengantarkan barang ke sebuah hotel mewah di Jakarta.
Lalu
mereka kembali ke tempat Bang Shofwan, dan meminta masukan apa yang seharusnya
mereka lakukan untuk menghindar dari penjahat-penjahat itu. Pada saat mereka
tiba di tempat Bang Shofwan, mereka diintai oleh salah satu dari anak buah
penjahat tersebut. Alhasil ketahuanlah keberadaan mereka. Tapi mereka tidak
bisa dibodohi. Akhirnya, dengan saran dari Bang Shofwan, mereka langsung pergi
meninggalkan daerah itu. Dan kembali mencari sang ibu kandung, yang sudah
menjadi tujuan utama dari ke 3 anak tersebut. Walaupun sebenarnya yang ingin
sekali bertemu dengan sang ibu adalah Rama, sedangkan Mola yang yang masih ga
yakin, kalo ibunya ingin bertemu dan kangen dengan mereka. Dan Reh yang
tergolong cuek, jika ia bertemu dengan ibunya it’s ok, tapi kalaupun tidak, ya
ga apa-apa.
Para
penjahat masih mencari ke 3 anak tersebut. Karena salah satu dari mereka
mengetahui tempat persembunyian 3 anak badung yang berada di masjid tempat bang
Shofwan, akhirnya para penjahat itu pun langsung mendatangi ke masjid bang
Shofwan. Tetapi sayang, ke 3 anak badung itu sudah pergi meninggalkan masjid
itu. Tidak dapat ke 3 anak, bang Shofwan pun menjadi tahanan mereka. Bang
shofwan langsung menghubungi mereka lewat sms. Akhirnya, penjahat-penjahat itu
membuat perjanjian dengan ke 3 anak itu untuk bertemu. Para penjahat
membebaskan bang Shofwan, sedangkan ke 3 anak itu menyerahkan barang yang ada
di saku Reh. Barang yang ada di Reh yaitu shabu-shabu. Akhirnya, pertemuan itu
berlangsung, bang Shofwan pun dibebaskan dan barang yang ada di Reh, di
kembalikan ke para penjahat itu. Tetapi sebenarnya, barang yang di kasihkan ke
para penjahat tersebut sudah di ganti oleh ke 3 anak badung dan di ganti dengan
tanah.
Persitiwa
selanjutnya ialah melanjutkan pencarian ibu kandung dari 3 kakak beradik ini.
Mereka sampai di kampung tempat tinggal mereka dulu bersama ibu kandung yang
telah membuang mereka. Sesampainya di sana, mereka melihat keramaian
dikarenakan terjadi kebakaran sekitar kampung yang membumi hanguskan beberapa
rumah warga. Setelah di selidiki ternyata salah satu dari rumah yang terbakar
itu ialah rumah dari Bunga Cinta Lebay atau Mpok Bung, ibu kandung dari ke 3
kakak beradik tersebut. Kabar yang terdengar, mpok Bung di bawa ke kantor
polisi untuk dimintai keterangan mengenai terjadinya penyebab kebakaran, karena
salah satu warga melihat awal mula terjadinya kebakaran berasal sari rumah mpok
Bung. Setelah di periksa, ternyata mpok Bung tidak bersalah. Ke 3 anak badung
menunggu sang ibu di luar kantor polisi. Setelah mpok Bung selesai ddi
interogasi oleh polisi, mpok Bung keluar dari gedung dan melihat ke 3 anak
badung sedang menunggu sang ibu yang selesai di interogasi oleh polisi. Mereka
pun akhirnya berpelukan. Mpok Bung jadi teringat kisah masa lalunya, yang telah
membuang ke 3 anak lelakinya. Ia menyesal apa yang telah ia perbuat dahulu.
Tapi mpok Bung sangat optimis yakin pasti akan bertemu kembali dengan ke 3 anak
lelakinya. Dan dengan izin Sang Maha Kuasa, mpok Bung dan ke 3 anak lelakinya
di pertemukan kembali. Ya itulah kekuatan cinta dan kasih sayang seorang ibu
kepada anak-anaknya. Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan kantor polisi,
dan selanjutnya mereka mengarungi hidup bersama-sama.
Keunggulan isi buku :
Novel
ini termasuk novel yang humor tetapi di selingi juga dengan kisah yang bisa
memotivasi. Selain itu, dari setiap karakteristik para tokoh yang unik. Para
tokoh memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga tidak monoton.
Kelemahannya isi buku :
Akhir
cerita yang kurang greget.
Manfaat isi buku :
Novel
ini dapat menghilangkan stres bagi para pembaca, selain itu cerita dari novel
ini mengajarkan kepada masyarakat bahwa jangan sampai kita membenci orang tua
kita, terutama seorang ibu. Walaupun kisah sang ibu yang digambarkan di novel
ini, telah membuang ke 3 anak lelakinya, sang ibu mempunyai alasan mengapa ia
membuang ke 3 anak lelakinya. Akan tetapi sang ibu berjanji suatu saat nanti ia
akan berjumpa lagi dengan ke 3 anaknya. Kekuatan cinta yang kuat antara seorang
ibu dengan anak-anaknya. Cintailah ke 2 orang tua kita, apapun kondisinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar